Penny Stock di Pasar Saham
Anda mungkin sering mendengar istilah PENNY STOCK dalam trading. Atau bahkan beberapa diantara anda masih asing dengan isitlah penny stock? Menurut Wikipedia, penny stock didefinisikan sebagai berikut:
Penny stock, also known as micro-cap stocks, nano-cap stocks, small cap stocks and OTC stocks, are common shares of small public companies that trade at low prices per share.
Penny sendiri dalam Bahasa Indonesia artinya adalah satu sen coin / satu sen dollar. Jadi dalam konteks pasar saham Indonesia, pengertian penny stock adalah saham-saham yang kapitalisasi pasarnya sangat kecil, yang harga sahamnya sangat murah, pada harga Rp50 per saham.
Secara singkat, penny stock adalah saham2 yang harganya Rp50 per saham (saham gocap) atau saham2 yang harganya mendekati gocap. Saham2 gocap adalah saham2 yang harganya nggak bergerak alias saham tidur.
Ada banyak penyebab mengapa suatu saham harganya bisa menjadi gocap. Penyebab utamanya adalah karena kondisi fundamental perusahaan yang tidak begitu baik, sehingga sahamnya turun terus sampai ke level terendah harga saham (Rp50).
Contohnya saham BUMI yang dulu pernah menjadi saham blue chip sekitar tahun 2008, namun karena kinerja fundamental yang terus anjlok, dan harga komoditas lesu, saham BUMI turun terus sampai akhirnya menyentuh Rp50 per saham. Walaupun akhirnya, saham BUMI bisa keluar lagi dari level gocap.
Ada banyak contoh saham gocap di pasar saham kita, antara lain sebagai berikut:
1. PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI)
2. PT Bank MNC International Tbk (BABP)
3. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA)
4. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
5. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
6. PT Darma Henwa Tbk (DEWA)
7. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI)
Dan masih buanyaaak daftar penny stock di pasar saham Indonesia. Ciri-ciri penny stock sudah jelas: Kinerja fundamental jelek, dan pada umumnya saham beredarnya juga cenderung sedikit, sehingga peminat saham tersebut kecil.
Jadi sebenarnya kita bisa memasukkan penny stock ini ke dalam kategori / list saham2 gorengan alias junk stock, karena saham2 gocap memang sangat rentan digoreng oleh bandar juga. Baca juga: Kenali Saham Gorengan di Indonesia.
Bagaimana cara trading di penny stock?
Penny stock tentu nggak bisa anda tradingkan di pasar reguler (tempat biasanya anda trading). Lho kenapa Pak Heze?
Saham2 yang harganya Rp50 umumnya nggak bergerak (saham tidur). Artinya nggak ada yang mentradingkan sahamnya. Tentu saja anda nggak bisa membeli suatu saham kalau tidak ada bid dan offernya. Kecuali, kalau saham2 gocap ini masih bergerak di kisaran harga 51, 52, 53, 54..
Penny stock, karena harganya murah, masih tetap ditradingkan tapi tidak melalui pasar reguler, melainkan di pasar negosiasi. Jadi, anda tetap bisa mentradingkan penny stock melalui pasar tersebut. Baca juga: Cara Transaksi Saham di Pasar Negosiasi.
Saham2 yang ditradingkan di pasar negosisasi, umumnya harganya lebih murah dibandingkan harganya di pasar reguler. Jadi kalau ada saham Rp50, maka di pasar negosiasi harganya bisa lebih rendah dari Rp50, sehingga dari segi modal, akan lebih terjangkau.
Tapi bukan berarti penny stock adalah saham yang bagus buat trader. Baca terus sampai habis.
Seluk beluk penny stock di pasar saham Indonesia
Di pasar saham kita, jumlah penny stock sangat banyak. Mayoritas penny stock harganya nggak akan banyak bergerak lagi. Jadi kalau harganya sudah 'nyaman' di Rp50, ya dalam jangka panjang harganya akan di level itu-itu saja.
Tetapi ada beberapa kasus juga di mana saham2 gocap ini tiba2 diangkat tinggi. Contohnya, kalau anda sudah trading di akhir tahun 2016 - awal 2017, anda pasti ingat peristiwa 'Kebangkitan Saham-saham Zombie', yaitu saham2 Bakrie Group (BUMI, ELTY, DEWA, ENRG dkk).
Saham2 ini sudah lamaaaa sekali jadi penny stock. Tiba2 saham2 ini terus bergerak naik dengan volume transaksi yang sangat tinggi karena ada isu restrukturisasi perusahaan2 Bakrie Group, dan saat itu harga komoditas rebound, sehingga BUMI yang menjadi induk saham Bakrie Group harganya melejit naik, dan kemudian diikuti oleh anak2 usahanya seperti ELTY, DEWA dkk.
Penny stock yang bergerak naik drastis, kerap kali menarik perhatian trader-trader ritel maupun spekulan.
Kenaikan penny stock dalam waktu singkat selalu menimbulkan banyak spekulasi: Kinerja perusahaan akan membaik, harga wajarnya harusnya di Rp500, 'harta terpendam' waktunya beli, dan masih banyak spekulasi2 lain. Tapi fakta selalu berkata sebaliknya.
Perlu anda ketahui bahwa "kebangkitan" penny stock di pasar saham ini biasanya sifatnya hanya sementara. Seperti saham2 Bakrie Group ini contohnya, di mana saat masa2 euforia kenaikan ELTY dkk ternyata hanya berlangsung 3-4 bulan.
Setelah itu, semua balik lagi ke harga gocap. ELTY sempat naik dari 50 ke 100. Namun tidak lama kemudian dan sampai sekarang, balik jadi penny stock.
Contoh lainnya adalah saham BEKS. Saham BEKS juga termasuk penny stock yang sempat menggemparkan pebisnis saham karena bangkit dari saham tidur, dan banyak spekulasi kinerja fundamentalnya akan membaik.
Anda bisa baca lagi ulasannya disini: Analisa Saham BEKS untuk Jangka Panjang. Tapi faktanya, BEKS balik lagi ke gocap. Dan tidak sedikit trader2 yang terjebak membeli saham BEKS tanpa menganalisa dan melihat laporan keuangannya terlebih dahulu.
Jadi kesimpulannya, penny stock adalah saham2 yang berisiko untuk trader dan investor. Karena biar bagaimanapun juga, mayoritas penny stock kinerja fundamentalnya kurang baik, sehingga kenaikan sahamnya biasanya hanya terjadi sementara.
Bandar hanya memanfaatkan momentum, berita, isu, rumor untuk menaikkan saham2 gocap ke level tertentu, lalu setelah itu diturunkan kembali ke Rp50.
Tidak ada salahnya anda mentradingkan saham2 penny stock ketika saham2 tersebut sedang booming. Tapi saran saya, tradinglah dengan modal kecil, dan jangan pernah keep saham terlalu lama. Tetapkan target untung, dan kalau sudah profit, anda harus jual.
Sebagai contoh, saat saham2 Bakrie Group bangkit dari gocap, saya sendiri beberapa kali mentradingkan ENRG dan ELTY, namun saya hold saham2 ini maksimal hanya 1-2 harian, dan tetap trading dengan modal sekecil mungkin.
Fokus di saham-saham yang bagus harus tetap menadi trading plan utama anda. Kalau ada saham2 yang lebih bagus, yang grafiknya tetap oke selama long term, anda nggak perlu repot-repot terlalu spekulasi di penny stock.